Termasuk perbuatan dosa besar yang menodai tauhid seseorang adalah
merasa aman dari siksa dan adzab Allah subhanahu wa ta'ala dan berputus
asa dari rahmat-Nya. Haramnya merasa aman dari siksa/makar Allah
berdasarkan firman-Nya,
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللهِ فَلاَيَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ {99}
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak
terduga-duga) Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali
orang-orang yang merugi”. (QS. Al-A’raf:99)
Ayat ini memberikan beberapa faidah di antaranya:
1.Waspada terhadap nikmat Allah yang diberikan oleh Allah kepada
seseorang, supaya hal itu tidak menjadi istidraj (tipuan, maksudnya
ditambahkan kepadanya nikmat oleh Allah tetapi agar orang tersebut
semakin jauh dari Allah). Karena setiap nikmat yang diberikan oleh Allah
maka ada kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu syukur atas terhadap
nikmat tersebut. Syukur dengan cara beribadah dan mentaati Dzat yang
memberi nikmat (Allah). Apabila tidak bersyukur atas banyaknya nikmat
yang diterima maka ketahuilah bahwasanya itu adalah bentuk makar/tipu
daya dari Allah subhanahu wa ta’ala.
2.Haramnya merasa aman dari makar/siksa Allah, hal ini karena dua hal,
pertama: Kalimat dalam ayat ini berbentuk kalimat tanya yang menunjukkan
makna pengingkaran dan ta’ajub/keheranan. Kedua: Firman Allah,
“Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang
merugi”
Adapun dalil tentang haramnya berputus asa dari rahmat Allah subhanahu wa ta'ala adalah firman-Nya,
وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّالُّونَ {56}
"Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang sesat". (QS.al-hijr :56)
Adapun makna ayat adalah, ketika Nabi Ibrahim diberi kabar gembira oleh
malaikat akan lahirnya seorang anak yang pandai dari keturunan beliau,
beliau berkata kepada para Malaikat,
قَالَ أَبَشَّرْتُمُونِي عَلَى أَن مَّسَّنِيَ الْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَ {54} قَالُوا بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلاَ تَكُن مِّنَ الْقَانِطِينَ {55} قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّالُّونَ {56
“Berkata Ibrahim:"Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal
usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya)
berita gembira yang kamu kabarkan ini" Mereka menjawab:"Kami
menyampaikan berita gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu
termasuk orang-orang yang berputus asa". Ibrahim berkata:"Tidak ada
orang yang berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang
sesat". (QS. Al-Hijr :54-56)
Berputus asa dari rahmat Allah haram, tidak diperbolehkan dan termasuk
dosa besar, karena hal itu adalah bentuk buruk sangka/su’u dzon terhadap
Allah subhanahu wa ta'ala, hal itu dilihat dari dua sisi:
1.Hal tersebut adalah bentuk celaan terhadap Qudrah/kemampuan Allah,
Karena barang siapa yang mengetahui bahwa Allah Mahamampu terhadap
segala sesuatu, tidak akan menganggap mustahil segala di atas Qudrah
Allah.
2.Hal tersebut bentuk celaan terhadap rahmat/kasih sayang Allah, karena
barang siapa yang mengetahui bahwa Allah Maha penyayang maka tidak akan
menganggap mustahil kalau Allah akan merahmatinya. Oleh sebab itu orang
yang putus asa dari rahmat Allah adalah orang yang sesat.
Maka tidak sepantsnya apabila seseorang berada dalam kesusahan dan
kesulitan untuk menganggap mustahil datangnya apa-apa yang diinginkan
dan hilangnya kesusahan. Betapa banyak manusia yang berada dalam
kesulitan dan dia mengira bahwa dia tidak akan selamat darinya, ternyata
Allah menyelamatkannya, bisa jadi karena amalannya yang terdahulu,
sebagaimana yang terjadi pada Yunus 'alaihissalam sebagaimana firman
Allah Ta'ala,
فَلَوْلآ أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ {143} لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ {144}
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Allah,niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai
hari berbangkit. (QS.Ash-Shaaffaat:143-144)
Atau bisa jadi karena amalannya yang akan datang/datang belakangan,
sebagaimana do’a Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada perang
Badr, malam perang Ahzab, dan juga sebagaimana doa Ashabul Kahfi.
Dan juga haramnya merasa aman dari makar Allah dan berputus asa dari
rahmat Allah berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang dosa-dosa
besar, beliau menjawab,“Menyekutukan Allah (syirik), putus asa dari
rahmat Allah dan merasa aman dari makar/siksa Allah”(HR.al-Bazzar, Ibnu
Abi Hatim dalam tafsir Ibnu Katsir, Thabrani)
Dan juga Ibnu Mas’ud berkata,”Sebesar-besar dosa besar adalah:”
“Menyekutukan Allah (syirik), merasa aman dari makar/siksa Allah, putus
asa putus asa dari rahmat Allah dan dari pertolongan-Nya”(HRAbdur
Razzaq, Ibnu Jarir, ath-Thabrani)
(Sumber: al-Qulul Mufid (edisi Arab), Kitab tauhid (edisi Indonesia) Pustaka al-Sofwa, Abu Yusuf Sujono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar